“Oiya, boleh tak kita ajak Bapak-Ummi?” tanya suami pelan.
Liburan ke Singapura bareng Bapak-Ummi? ulang saya dalam hati. Maret lalu kami berencana liburan sekeluarga ke Singapura. Tidak saya sangka, suami berniat mengajak kedua orangtuanya, Bapak-Ummi. Sekian detik saya terdiam dan kemudian tersadar. Liburan terakhir bareng Bapak-Ummi adalah liburan ke Yogya pada Desember 2012. Berarti udah sekitar tiga tahun kami tak liburan bareng orangtua!
Hm, ya, ya, kenapa pulak tidak sekarang? Saya mengangguk sambil tersenyum. Satu anggukan saya membuat mata suami berbinar semangat. Dia pun mulai mengatur perencanaan seperti booking hotel, memesan tiket, dll.
Semua biaya mulai dari hotel, tiket pesawat, akomodasi, dst, kami yang menanggung. Saat membuat itinerary, saya dan suami cakap-cakap. Dia pernah menginap di bandara atau masjid untuk mengirit biaya dinas ke luar negeri. Maklum, suami bukan pegawai perusahaan besar. Dia dan beberapa temannya merintis perusahaan sendiri. Segala bujet diusahakan irit semampunya. Tapi, demi ngirit, tak mungkin, kan, kami mengajak orangtua menginap di bandara atau masjid juga? Konon pula cuma liburan satu malam. So, kami memilih booking hotel kecil yang nyaman dan berlokasi strategis (dekat masjid, Singapore Zam Zam Restaurant, dan stasiun MRT). Tepatnya di daerah Arab Street. Setelah booking hotel yang cocok, suami memesan tiket pesawat pp.
Saya bersyukur hidup bersama orang-orang yang cukup well-organized. Dulu Mama, kini suami. Pokoknya, soal perencanaan, mereka rapi! Berada di dekat mereka lumayan mengurangi level keseleboran saya haha! Liburan ke Singapura kali ini, suami usul melalak ke S.E.A Aquarium, Resort World Sentosa. Kenapa? Begini, waktu saya diundang tim majalah Reader’s Digest Indonesia ke S.E.A Aquarium pada Januari 2015, saya cerita ke suami bahwa suatu saat saya bakal bawa anak-anak ke sana. Ikannya banyak luar biasa dan lucu-lucu! Anak-anak dijamin sonaaang! Rupanya suami ingat itu. Bapak-Ummi? Sama! Mereka tidak pernah menonton tayangan lain di teve selain tayangan yang “berbau-bau” fauna. Bapak yang paling sor.
![]() |
Jalan-jalan ke Butterfly Garden di Bandara Changi |
Di Singapura, suami menawarkan Bapak-Ummi jalan-jalan naik taksi. Tapi, Bapak-Ummi memilih naik MRT ke mana-mana. Mau cari suasana baru, katanya. Suami selalu memimpin jalan di depan, Bapak-Ummi di tengah, saya paling belakang. Ritme langkah disesuaikan sama kemampuan Bapak-Ummi. Sesekali kami bertanya apakah Bapak-Ummi mau istirahat. Untung suami sudah menghafal baik rute-rute MRT. Insya Allah tidak pakai acara kesasar. Liburan ala ala “get lost” bareng kawan mungkin bisa menjadi pengalaman cetar. Kalau sama orangtua? Janganlaaah. Kasihan. Baidewei, ternyata naik MRT menjadi salah satu pengalaman seru kami selama di Singapura!
![]() |
Belajar beli tiket MRT |
![]() |
Seru-seruan di dalam MRT |
![]() |
Somebody found Cindrella's shoe in Orchard MRT Station :D |
Namanya liburan, pasti ada hal-hal di luar dugaan, Kawan CM. Bapak-Ummi senang membeli oleh-oleh setiap bepergian. Sebelum pulang, kami berinisiatif mengajak mereka membeli oleh-oleh murah meriah di Bugis Street. Senangnya melihat wajah mereka yang semringah saat memilih oleh-oleh ini itu. Saya berencana mau cuci mata *bukan cuci toko, ya* di daerah Orchard Road juga. Siapa tahu ada barang-barang unik yang menarik untuk dibeli. Tapi, rupanya Bapak pengin shalat dan istirahat di Masjid Al-Falah. Saya mengalah. Kami memutar haluan. Tak lama, hujan deras turun disertai angin kencang. Gusti, payahnya mencari taksi! Mission impossible naik MRT. Padahal, beberapa jam lagi kami harus sampai di bandara untuk pulang ke Indonesia. Begitu ada taksi berhenti, suami mendahulukan saya, Sulthan, Shafiyya, dan Bapak-Ummi supaya langsung berangkat ke bandara. Suami dan Faruq menunggu taksi berikutnya. Setelah dapat, mereka bertiga ke hotel mengambil koper-koper, kemudian menyusul kami ke bandara. Mulanya kami semua memaksa masuk berjejal di dalam taksi hohoho. Muat, puuun. :p Tapi, sopir taksi mencak-mencak menolak. “You can’t do that! Sorry! Sorry!” serunya. Sopir taksi strict banget sama peraturan. Kalau dipikir-pikir, demi kebaikan kami juga, sih.
Terus, insiden kedua. Saking ngefansnya sama nasi briyani, saya cuma ingat membeli nasi briyani Singapore Zam Zam Restaurant untuk lauk makan malam kami semua. :)) Sulthan tidak mau makan malam karena sudah makan nasi gurih sore-sore. Saya lupa kalau Bapak tidak suka nasi briyani dan kondisi perutnya sensitif. Makanan yang pedas dikit bisa bikin Bapak diare. Alhamdulillah, ternyata Bapak-Ummi malah doyan nasi briyani yang satu ini. Kesehatan perut juga aman. Hanya, lain kali jadi pelajaran buat saya supaya jangan lagi-lagi lupa haha!
![]() |
Nasi briyani yang menggetarkan kalbu :)) |
Insiden terakhir dan insiden yang paling saya ingat. Ummi kehilangan cincin di hotel! Isi lemari sudah dibongkar, seprai sudah diangkat, laci meja sudah diperiksa, cincin tetap tidak ketemu. Duh, niat awalnya pengin hepi hepi, tapi kenapa akhirnya malah kayak gini? Mood saya mulai melorot turun. Cari punya cari akhirnyaaa cincin Ummi ketemu juga! Di mana, coba? Di dalam tong sampah, Saudara-saudara! Wkwkwk. Tanpa sadar Ummi ikut membuang cincinnya ke tong sampah saat membuang bungkus makanan. Pfiuh. *lap keringet jagung*
Bagi saya pribadi, liburan itu penting! Mungkin kita bisa mendapat wawasan dengan membaca koran atau menonton televisi. Namun, rasanya berbeda jika dibandingkan dengan beneran jalan-jalan dan bertemu banyak orang. Pernah mendengar pepatah banyak berjalan banyak yang dilihat? Yap, makna pepatah ini luas nian! Selain untuk refreshing, ada nilai-nilai yang saya pelajari di setiap perjalanan. Contoh, kebaikan hati seorang ibu keturunan Cina muslim yang mengambilkan mukena saat melihat saya kebingungan di Masjid Angullia, Singapura. Saya bertemu tour guide yang gigih belajar dan sangat komit dengan profesinya. Biasa mendengar cerita tentang budaya antre yang apik di Singapura? Kalau melihat sendiri, tetap bakal takjub! Efek melihat warga Singapura antre ini sangat membekas, terutama pada Faruq, sulung saya. Pulang dari Singapura, Faruq saya kasih jempol untuk urusan antre. Dan, masih banyak cerita lainnya. Jalan-jalan sama orangtua, pastinya kami belajar bertoleransi dan melatih kesabaran. Hasilnya? Kedekatan emosional yang sangat mahal harganya! Semoga bisa menjadi teladan untuk anak-anak kami kelak.
![]() |
Ayo tebak, yang mana untanya? |
![]() |
Senang bisa menyenangkan orangtua |
![]() |
Great moment! |
Kawan CM punya rencana melalak beberapa waktu ke depan? Kalau memungkinkan, ajak orangtua tercinta juga, ya! Sekalian share yuk pengalaman paling berkesan selama perjalanan! ^^ [] Haya Aliya Zaki